Liburan kali ini
kami merencanakan perjalanan yang berbeda dari liburan lainnya. Setelah sangat
lama aku tak lagi menikmati liburan ke alam, kali ini kami memilih mengunjungi
wisata alam di Kampar Kiri Hulu. Kampar Kiri Hulu merupakan Kecamatan pemekaran
di Kabupaten Kampar, Propinsi Riau,
dengan ibukota Gema. Terakhir kali aku mengunjungi daerah ini pada tahun 2005.
Namun saat itu tidak ada yang bercerita tentang keberadaan air terjun disana.
Air terjun bagiku memiliki sensasi tersendiri. Menatap
airnya yang jatuh dari ketinggian dengan keindahan mengingatkan pada kekuasaan
Allah yang sangat dahsyat. Sebuah hal yang terasa bertolak belakang, kekuatan
yang menimbulkan rasa takut dan keindahan yang menyejukkan hati. Di masa
perkuliahan dulu, aku sangat menyukai perjalanan mengunjungi air terjun,
meskipun aku tidak pernah berenang di dalamnya.
Perjalanan
menuju air terjun di desa Tanjung Belit terasa menantang buatku. Bertahun-tahun
hanya menapaki jalan kota, tentu saja mengerakkan kaki melangkah di perbukitan
menjadi perjalanan yang terasa berat. Apalagi perjalanan ini berisi tim dengan
usia yang sangat bervariasi, dari dua puluh tahun sampai lima puluh tahun. Usia
termuda berjenis kelamin laki-laki dan usia tertua berjenis kelamin perempuan.
Kami
memulai perjalanan dari Pekanbaru pada jam sembilan pagi dengan perbekalan
untuk berkemah satu hari satu malam, terdiri dari tenda dan perlengkapannya dan
bahan makanan serta peralatan memasak di lokasi berkemah. Perbekalan
dipersiapkan untuk delapan orang, namun dalam perjalanan dua peserta mengalami
kendala, sehingga akhirnya hanya menjadi enam peserta.
Perjalanan
dari Pekanbaru ke desa Lipat Kain di Kecamatan Kampar Kiri tidak mengalami
kendala, kami menempuhnya dengan waktu dua jam. Di desa Lipat Kain kami
mengunjungi kebun bawang merah yang sedang dikembangkan Pemerintah Daerah
Kabupaten Kampar untuk menjadi pusat penghasil bawang merah di Riau. Ini kali
pertama aku mengunjungi kebun bawang merah tersebut dan aku terkesan dengan
hasil yang dicapai masyarakat.
Di
rumah Kepala Desa Tanjung Belit, kami menitipkan kendaraan setelah menurunkan
bekal di kaki bukit. Perjalanan mendaki dimulai dalam kondisi mulai lapar. Kami
berbagi beban sesuai kemampuan peserta. Bukit ini tidak tinggi, namun karena
sudah sangat lama tidak mendaki dan usiaku sudah kepala empat, tentu saja ini
akan menjadi perjalanan yang menantang buat staminaku. Pada saat kami bersiap
untuk mendaki, rombongan pelajar SMK dari Pekanbaru juga mulai mendaki. Mereka
berkemah di kaki bukit, sedangkan kami memutuskan berkemah di air terjun karena
kami hanya berjumlah enam orang. Dengan berdoa kami memulai pendakian.
Gambar 1. Memulai perjalanan ke air terjun Batu Dinding
Gambar 2. Pintu masuk ke air terjun Batu Dinding
Perjalanan
ini semestinya hanya ditempuh 30 menit, namun kami menghabiskan waktu 1 jam
untuk mencapai air terjun. Mendaki dan menuruni bukit, meniti jembatan kayu,
serta melewati sungai berbatu hingga akhirnya sampai di air terjun dalam
kondisi lapar dan letih. Namun rasa letih terobati ketika melihat keindahan
alam ciptaan Allah. Kami masih harus melanjutkan perjuangan dengan memasang
tenda dan memasak, baru akhirnya melepas lelah dan menikmati makan di alam
terbuka dengan pemandangan yang menyenangkan.
Gambar 3. Medan jalan ke air tern Batu Dinding
Gambar 4. Medan jalan ke air terjun Batu Dinding
Gambar 5. Lokasi berkemah di air terjun Batu Dinding
Gambar 6. Air terjun Batu Dinding
Gambar 7. Air terjun Batu Dinding dari sudut yang berbeda
Berkemah di air terjun menjadi pengalaman yang menyenangkan. Paginya menangkap ikan tanpa alat pancing. Ikan kemudian dibakar. Karena kami nggak hobby memancing, jadi gak ada yang teringat membawa alat pancing. Mandi pagi dengan berenang di lubuk air terjun terasa menyenangkan. Beribadah di alam terbuka tentu memiliki sensasi tersendiri. Lokasi ini sulit jaringan telfon, sehingga memang sepenuhnya menikmati alam. Menikmati suasana subuh yang sejuk dan mandi di air terjun tentu meningglkan kenangan tersendiri untuk seluruh tim. Mudah-mudahan suatu saat punya kesempatan kembali berkemah disana.
Gambar 8. Berenang di Lubuk air terjun Batu Dinding
Gambar 9. Berenang di lubuk air terjun Batu Dinding
Video 1. Suasana lubuk air terjun Batu Dinding
Catatan
perjalanan 1 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar